AKHLAK MURID TERHADAP GURU DAN AKHLAK GURU TERHADAP MURID
Hari /Tanggal : Jumat 1 Januari 2020
AKHLAK MURID
TERHADAP GURU
DAN AKHLAK GURU
TERHADAP MURID
Oleh : MUHAMAD
MUSTOFA, S.Pd.I
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kedudukan
akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang paling penting. jatuh
bangunnya suatu masyarakat dan bangsa tergantung pada bagaimana ahlaknya. Jika
akhlak masyarakat tersebut baik, maka baik pula lahir dan batinnya. Sebaliknya,
apabila ahlaknya rusak, maka rusak pula lahir dan batinnya. Keberhasilan
seseorang, masyarakat, dan bangsa disebabkan karena ahlaknya buruk.
Seorang
muslim yang berahlak baik senantiasa mau bersikap adil. Yang dimaksud adil
disini adalah memberikan setiap orang yang mempunyai hak akan haknya.
Pengertian adil seperti itu tidak akan terwujud seperti yang diharapkan, jika
tidak mengetahui hak dan kewajiban, hak dan kewajiban itu diberikan kepada
orang yang memilikinya. Sebaliknya jika seorang yang berahlak buruk akan merampas
hak orang lain dan tidak melaksanakan kewajiban-kewajibannya.
Yang
namanya akhlak itu terbagi kepada berbagai macam, akhlak terhadap diri sendiri,
orang lain dan lain-lain. Termasuk di dalamnya akhlak terhadap guru kita yang
mengajari kita ada beberapa aturan yang mesti dilakukan agar kita mendapat ilmu
yang manfaat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Akhlak Atau Perilaku
Perilaku
atau Akhlak merupakan tingkah laku atau tanggapan seorang terhadap lingkungan,
sifat-sifaat kejiawaan,akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang.
secara etimologi akhlak berasal dari kata khalaqa yang berarti mencipta,
membuat, atau menjadikan. Akhlak adalah kata yang berbentuk mufrad, jamaknya
adalah khuluqun, yang berarti perangkai, tabiat, adat atau khalakun yang
berarti kejadian, buatan, ciptaan. Jadi akhlak (perilaku) adalah perangkai
tabiat atau sistim perilaku yang dibuat manusia, bisa baik atau buruk
tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebgai landasan, meskipun secara
sosiologis di Indonesia kata akahlak sudah menjadi konotasi baik sehingga orang
berakhlak berarti orang yang berperilaku baik. Jadi, Akhlak atau perilaku adalah
hal ikhwal yang melekat jiwa, dari pada timbul perbuatan-perbuatan yang mudah
tanpa dipikirkan dan diteliti manusia. Baik kataakhlak atau khuluk kedua-duanya
dapat dijumpai dalam Al-Qur’an sebagagai berikut :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ
عَظِيمٍ
Artinya
: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar Berbudi pekerti yang agung
(Q.S Al-Qalam, 68 : 4)”
Sedangkan
menurut pendekatan terminalogi, berikut ini beberapa pakar yang mengemukakan
pengetian Akhlak atau perilaku sebagai berikut :
1.Ibnu
Miskawih
Bahwa
akhlak atau perilaku adalah keadaan jiwa seorang yang mendorongnya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih
dahulu.
2.Imam
Al-Ghazali
Bahwa
akhlak atau perilaku adalah suatu sikap yang mengakar yang darinya lahir
sebagai perbuatan yang mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik atau
terpuji, baik dari segi akal syara, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika
dia lahir darinya perbuatan tercel, maka sikap tersebut disebut akhlak buruk.
3.Ahmad
Amin
Sementara
orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak atau perilaku yaitu kehendak yang
dibiasakan. Artinya, kehendak itu bisa membiasakan sesuatu, kebiasaan itu
dinamakn akahlak atau perilaku. Menurut kehendak ialah ketentuan dari beberapa
keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupaka perbuatan yang
diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan lebih besar, kekuatan inilah yang bernama
akhlak. Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa sleuruh defenisi aklak
sebagai mana tersebut di atas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan
saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam
perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi
yang tertanam sudah menjadi kebiasaan.
Jika
dikaitkan dengan kata islami, maka akan berbentuk akhlak islami, secara
sederhana akhlak islam diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam
atau akhlak yang bersifat islami. Dengan demikian akhlak islami adalah
perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan
sebenarnya berdasarkan pada ajaran islam. Dilihat dari segi sifatnya yang
unifersal, maka akhlak islami juga bersifat unifersal.
Dari
defenisi di atas dapat ditarik kesumpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak atau
perilaku unifersal de perlukan bantuan pikiran akal manusia dan kesempatan
social, yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang
tua misalnya, dalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal di kalangan
pelajar sebagai seorang yang terpelajar. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara
menghormati orang tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia.
Jadi,
akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban
manusia dan mengobati penyakit social pada zaman era globalisasi seperti ini.
Serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebaikan. Dengan demikian
akhlak islami lebih baik dari akhlak lainnya.
B.Akhlak
Siswa Terhadap Guru
Siswa
adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan kualitas ajar
seorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan, maka ada
dua kemungkinan, yakni: siswanya kurang mencerna pelajaran yang ditransfer guru
(atau sang guru tidak dapat memberikan metode terbaik pada saat pelajaran
diberikan), atau sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan
guru. Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau
disalahkan alias guru beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu
mengikuti pelajaran (siswanya ber-IQ rendah). Kalau mau jujur, guru pun harus
dapat mengevaluasi metode yang digunakan dalam pendidikan, apakah sesuai dengan
tingkat kecerdasan, tingkat usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu
dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu yang ditransfer dapat diterima dengan
baik. Selain itu seorang siswa pun harus mengakomodir segala yang diberitakan
oleh guru dalam segala hal yang berhubungan dengan pendidikan, dengan tujuan
agar siswanya itu menjadi orang yang berguna. Seorang siswa wajib berbuat baik
kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan dengan ucapan dan perbuatan,
sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa berbuat baik dan
berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar pemikiran sebagai
berikut:
1.
Memuliakan
dan menghormati guru termasuk satu perintah agama Sabda Rasulullah SAW yang
artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar darinya”. (HR. Abul Hasan
Al-Mawardi), “Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama), karena barang siapa yang
memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)
Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan : “Berdiri dan hormatilah guru, dan
berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu hampir saja merupakan Tuhan”.
(HR. Abul Hasan Al-Mawardi)
2.
Guru
adalah orang yang sangat mulia Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu
hari Nabi Muhammad SAW keluar rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis
yang berbeda. Majlis yang pertama adalah orang-orang yang beribadah yang sedang
berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan kepadaNya, sedang majlis yang kedua
ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang terdiri dari guru dan sejumlah
murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda Nabi bersabda: “Adapun
mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah. Jika Allah mau,
Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa mereka. Tetapi
mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya aku diutus
Tuhan adalah untuk menjadi guru. (HR. Ahmad)
3.
Guru
adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa Bekal ini jika diamalkan jauh
lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin sukses di dunia dan
akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang menghendaki
dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat, wajib
mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat
kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)
4.
Dilihat
dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya, sedangkan
orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua Sabda Rasulullah SAW: “Bukan
dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang lebih muda dan tidak
menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu Daud dan Turmudzi)
5.
Cara
Berakhlak Terhadap Guru Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam
rangka berakhlak terhadap seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:
6.
Menghormati
dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan dilakukan
karana Allah.
7.
Berupaya
menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
8.
Tidak
merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
9.
Dengan
meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
10. Jangan berjalan dihadapannya.
11. Jangan duduk ditempat duduknya.
12. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
13. Jangan membukakan rahasia guru.
14. Jangan melawan dan menipu guru.
15. Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
16. Memuliakan keluarganya.
17. Memuliakan sahabat karib guru.
Adapun
kode etik terhadap guru meliputi :
Ibn
jama’ah menyusun kode etik yaitu:
1.
Murid
harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian,
berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya
tetapi tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
2.
Murid
harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di
depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama
lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari
singa ganas. Ia percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
3.
Murid
harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang berhasil
hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati
guru.
4.
Murid
harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia
menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan
mengembangkan ajaran guru.
5.
Murid
bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya
berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat
untuk guru.
6.
Murid
harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia
mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan
dunia dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui
murid, ia harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
7.
Murid
tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun
bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak
boleh mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa
mengulanginya paling banyak tiga kali.
8.
Harus
duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang,
diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap
perkataan guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di
benarkan berpaling atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru
berbicara kepadanya.
9.
Bekomunikasi
dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik khilaf
atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan
agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru
menyadari kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari
kekeliruan, murid mengingatkan secara halus.
10.
Jika
guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal
murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah
mendengar.
11.
Murid
tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru memberi
isyaratia memberi jawaban.
12.
Murid
harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi sesuatu
kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya
terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan
tangan secara berlebihan yang mengesankan kurang serius.
C.Akhlak
Guru terhadap murid
Dalam
paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna “Digugu
dan ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti. Sedangkan dalam
kamus besar bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan
dalam bahasa Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana
yakni “A Person Occupation is Teaching Other” artinya guru ialah seorang yang
pekerjaannya mengajar orang lain.
a.
Menurut
Ngalim Purwanto bahwa guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang.
b.
Ahmad
Tafsir mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik.
c.
Sedangkan
menurut Hadari Nawawi bahwa pengertian guru dapat dilihat dari dua sisal.
Pertama secara sempit, guru adalah ia yang berkewajiban mewujudkan program
kelas, yakni orang yang kerjanya mengajar dan memberikan pelajaran di kelas.
Sedangkan secara luas diartikan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak
dalam mencapai kedewasaan masing-masing.
d.
Pengertian-pengertian
diatas menurut Muhibbin Syah masih bersifat umum, dan oleh karenanya dapat
mengundang bermacam-macam interpretasi dan bahkan juga konotasi (arti lain).
Pertama adalah kata “seorang (A Person) bisa mengacu pada siapa saja asal
pekerjaan sehari-harinya (profesinya) mengajar. Dalam hal ini berarti bukan
hanya dia yang sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat disebut guru,
melainkan juga dia-dia yang lainnya yang berprofesi (berposisi) sebsagai Kyai
di pesantren, pendeta di gereja, instruktur di balai pendidikan dan pelatihan,
kedua adalah kata “mengajar” dapat pula ditafsirkan bermacam-macam misalnya:
Ø Menularkan (menyampaikan) pengetahuan dan kebudayaan kepada orang
lain (bersifat kognitif)
Ø Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (psikomotorik)
Ø Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain (afektif) Dari
beberapa pengertian diatas dapat diambil sebuah konklusi bahwa yang dimaksud
guru adalah seorang atau mereka yang pekerjaannya khusus menyampaikan
(mengajarkan) materi pelajaran kepada siswa disekolah.
Guru
harus menunjukkan karateristik utamanya, yaitu Mampu melaksanakan suatu
pekerjaan secara rasional dan memiliki visi dan misi yang jelas.Menguasai
perangkat pengetahuan (teori, konsep, data, informasi, prinsip.dan sebagainya )
. Menguasai perangkat keterampilan (strategi, taktik, metode, teknik, prosedur,
sarana, dan sebagainya) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan
tugas kewajiban pekerjaan sesuai profesinya.Memahami persyaratan ambang (basic
standard) tentang kelayakan normatif minimal, kondisi proses yang dapat
diterima dari apa yang dilakukannya. Bagi semua guru/pendidik mari kita
tingkatkan profesionalisme kita, karena kita adalah ujung tombak sekaligus
bertanggung jawab untuk mencerdaskan anak bangsa dan menghasilkan anak didik
yang berakhlak mulia, berprestasi, dan mempunyai kepercayaan yang sangat tinggi
terhadap guru/pendidiknya.
Guru
yang baik memiliki tanggungjawab untuk selalu menjunjung tinggi profesinya.
Guru dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya serta harus peka
terhadap perubanan-pe-rubahan yang terjadi. Dunia ilmu pengetahuan selalu
memunculkan hal-hal baru. Guru sebagai pendidik seyogianya lebih dulu
mengetahui semua informasi atau bahan ajar dibandingan dengan siswa/anak didik
maupun masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Akhlak adalah budi pekerti yang menjadikan
seseorang mempunyai jat diri, akhlak itu terbagi kepada 2 bagian : pertama,
akhlak yang mulia dan kedua, akhlak yang tercela. Akhlak yang tercela akan
menyebabkan jati diri seseorang menjadi jahat di mata orang lain, apalagi
terhadap guru yang member ilmu untuk kita. Selanjutnya, akhlak yang mulia itu
akan memberikan suatu gambaran seseorang akan menjadi baik di kala masa tuanya
nanti, sebab dengan akhlak yang mulia akan menjadikan seseorang dihormati dan
disegani oleh orang banyak. Apalagi akhlak mulia terhadap guru, dimana posisi
guru disini adalah orang yang paling utama kita hormati, meskipun guru itu
lebih muda daripada kita. Karena ilmu itu bukan dari sebab tuanya seseorang
tapi dari pengetahuannya tentang suatu masalah yang kemudian dia berikan
penjelasan kepada kita, dan akhirnya kita yang tidak tahu akan menjadi tahu.
B.Saran
Saran
saya adalah “Hormatilah semua komponen di dunia ini sebab barangsiapa
menghormati seseorang maka dia akan dihormati juga tanpa terkecuali.”
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah,departemen Agama
Republik Indonesia, (Jakarta : CV Toha Putra)
H.
Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2,
http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/04/akhlak-anak-terhadap-orang-tua-dan.html
Kamus
Bahasa Indonesia (Jakarta : Reality Publisher)